Sidoarjo,pojoktelu.com
Sidoarjo Self Governing Community (SGC) diterapkan Bupati Ahmad Muhdlor Ali dalam membangun kota Delta. Ia menyadari bahwa keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam mewujudkan pembangunan yang berorientasi pada kemandirian masyarakat. Bupati yang akrab dipanggil Gus Muhdlor itu akan menempatkan RT RW sebagai komunitas yang mandiri dan partisipatif dalam mengatasi problem lingkungan diwilayah masing-masing. Termasuk juga peran kader kesehatan dalam pembangunan kesehatan.
"Bupati tidak mungkin membangun Kabupaten Sidoarjo sendirian, sehingga saya harapkan kader kesehatan membantu agar Sidoarjo lebih baik lagi," ucap bupati Gus Muhdlor saat hadir ditengah-tengah ratusan kader kesehatan yang mengikuti Sosialisasi Percepatan Penurunan AKI, AKB dan Stunting di Hotel Fave Sidoarjo, Senin (22/1).
Menurutnya sekuat-kuatnya dirinya menjalankan pembangunan, akan percuma tanpa dukungan masyarakat. Oleh karenanya ia akan libatkan elemen masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan. Seperti keterlibatan elemen terkecil di masyarakat yakni RT. Setiap RT akan didorongnya ikut terlibat dalam pembangunan. Ia akan bagikan insentif per RT ditahun 2024 ini. Besarnya Rp.500 ribu perbulan sebagai stimulus untuk ikut mensukseskan pembangunan.
"Insentif ini sebagai bentuk stimulus kepada masyarakat untuk bersama-sama memajukan Kabupaten Sidoarjo, dengan bergerak bersama, kemajuan Sidoarjo akan semakin cepat,"ucapnya.
Gus Muhdlor menyampaikan tahun 2024 ini, lima program penguatan kebersamaan akan dijalankannya. Lima gerakan bersama akan dilakukan ditingkat RT. Gerakan untuk menumbuhkan dan memperkokoh partisipasi warga itu dilombakannya. Hadiahnya Rp. 300 juta bagi RT yang berhasil memajukan lingkungannya. Lima program itu RT Sehat, RT Mandiri Sejahtera, RT Asri, RT Berbudaya dan RT Jimpitan. Kader kesehatan diharapkan dapat ikut mensukseskan program tersebut.
"Keluar dari sini, kader kesehatan harus jadi lokomotif perubahan Kabupaten Sidoarjo, kader kesehatan juga harus mampu menjadi provokator kebaikan di Kabupaten Sidoarjo,"ucapnya.
Menurut Gus Muhdlor permasalahan ODF yang tidak pernah tuntas sampai hari ini disebabkan paradigma pembangunan yang bersifat top down. Masyarakat tidak pernah diajak berdialog dalam menyelesaikan permasalahan ODF. Dikatakannya tiga puluh tahun lalu pemerintah hanya fokus membangun WC komunal tanpa membangun kesadaran masyarakat. Namun mulai tahun 2024 ini, paradigma pembangunan seperti itu akan berubah.
“Meskipun dibangunkan WC komunal tetapi tetap saja memilih disungai, itu terjadi karena masyarakatnya tidak pernah diajak dialog, tidak pernah diedukasi dan disosialisasi, pemerintah syukur bangun, itulah kenapa sampai 30 tahun kita masih gagal mengurusi ODF,”ujarnya.
Sosialisasi Percepatan Penurunan AKI, AKB dan Stunting yang digelar Dinas Kesehatan tersebut diikuti oleh Kader Kesehatan di tiga kecamatan. Antara lain Kader Kesehatan dari Kecamatan Sidoarjo, Buduran dan Kecamatan Candi. (Ony/git)